Minggu, 25 Mei 2014


selalu kangen balik ke rumah ini, the house of nuraga...
tempat bernaung duo kece The Finest Tree yang dikemas sama on Eross Candra, Cakka Kawekas Nuraga(vokal) dan Elang Nuraga (vokal&gitaris).
ini pendapat para forester tentang The finest tree, Cakka & Elang di

  • yang selalu open buat para Forester (sebutan fans dari The Finest Tree)
  • artis yang nggak ngartis
  • no jaim
  • low profile
  • mereka lebih mentingin mreka nggak sombong dan sering nyapa forester "KUALITAS" daripada "POPULARITAS"
  • nggak kalah sama band yang punya Label :B
  • mereka tidak menyukai proses yg "instant" dalam berkarya
  • ada yang bikin aku gigit jari -,- :B
  • Bikin ngangenin forester! :D
  • they're real musician
  • keren, bertalenta, beda, kreatif plus dapet bonus ganteng nya :) keren, bertalenta, beda, kreatif plus dapet bonus ganteng nya :)
  • Mereka slalu bisa membuat semua forester bahagia dengan hasil karya2nya ;) 
  • bukan cuma si duo yg keren, tapi semua crew+admin+AYAHnya juga keren abiiis  
 aduuh banyak banget deh komentar ataupun opini dari Forester tentang mereka, mereka memang supacool :B go follow  them on twitter @TheFinestTree @CakkaNRG @ElangNuraga. ayahnya juga kece loh, namanya om Tunggul Dhewa Nuraga, twitternya @gubrack. ini kumpulan foto yang saat kami ke the house of nuraga, 2014.
 aku( ani sarah laili ) sama Cakka Nuraga

 sama "Kesatria Bergitar" Elang Nuraga

 ini siwi  sama mas Elang Nuraga

 si baju pink malu" ngga mau dirangkul sama Cakka =))

 manisnyaaaa...

 siwi sama cakka so sweet, haha

 kita Forester Jogja, Magelang, Solo ({})

 Forester yang hobi selfie, mumpung lg di rumah idola

 entah ini kak Ge ngapain :B

 nggak tahaan !

 nahloh

 FO RES TER !

 ngintipin "museum" gitarnya The Finest Tree

 suka banget sama moment iniii

selfie terus sampe tua =)) sama Siwi & mas Elang

Selasa, 11 Maret 2014

Ketika Rumah Bukan Lagi Tempat Untuk Berlindung
            Suatu pagi ketika sang fajar mulai menitikkan sinarnya untuk para manusia dibawahnya, saat sang burung kecil berterbangan menyambut para manusia fajar yang mulai beraktifitas. Saat itu pula aku mulai berangkat ke rumah keduaku, sekolah.
Sejatinya tujuan kedatanganku kerumah kedua ini untuk menuntut ilmu, namun entah terkadang semua itu hanya omong kosong. Dalam hati ingin membahagiakan orangtua, namun apa daya lingkungan tak sampai. Berkali-kali aku ingin memfokuskan diri pada suatu papan putih tepat dimana bangkuku berada, lengkap dengan seseorang yang berdiri menjelaskan apa yang ia tulis. Mata ini memang terfokus pada huruf-huruf yang berjalan didepanku, namun pikiranku melayang entah kemana. Itu yang sering kualami hingga tak jarang seorang pahlawan tanpa tanda jasa itu menegurku.
Detik demi detik berlalu, detang bel istirahat ialah bunyi suara surga bagiku. Terlihat bodoh memang, itu yang selalu ku tunggu. Usai bel itu berbunyi, bergegaslah aku menenangkan diri dengan suatu kabel yang aku tancapkan ke kedua lubang telingaku, lalu ku putar lagu penenang kesukaanku. Hingga lagu itu membawaku ke suatu alam yang sangat tenang, dan damai. Ini ialah surga diwaktu sekolah. Aku biasa melakukan ini, apabila aku bosan aku biasa berjalan menuju tempat dimana banyak anak-anak yang kelaparan mengisi rongga perut mereka, melepaskan dahaga usai sekian jam mereka bertemu monster.
Kata yang tepat untuk seseorang yang selalu berdiri menjelaskan huruf-huruf berjalan sejatinya bukanlah monster. Namun terkadang aku merasa mereka adalah monster. Bagi mereka yang telah merasakan bagaimana sensasi menjadi siswa pasti tau apa maksudku.
Setelah ku fikir-fikir, tak selalu suara bel ialah suara seruan dari surga, bahkan terkadang aku membenci suara tersebut diakhir kegiatan belajar-mengajar. Terkadang itu adalah suara seruan neraka. Mungkin hanya sebagian dari siswa yang membenci bel pulang sekolah. Tak sedikit yang mengakuinya sebagai suara panggilan surga.
Mengapa aku sangat membencinya? Yah, aku membenci suara itu karena itu ialah suatu pertanda aku harus segera bergegas pulang kesuatu neraka. Durhaka memang bila aku mengatakan surga itu neraka. Tempat dimana aku melepaskan lelah usai sekolah, tempat dimana aku akan bertemu dengan 3 malaikat hatiku; ayah, ibu dan kakak lelakiku. Terkadang memang tempat dimana aku bertemu 3 malaikat itu ialah nerakaku.
Akhir-akhir ini aku mulai lelah dengan apa yang ada dirumah. Semua terlihat seperti monster raksasa yang siap menerkam apapun yang ada didepannya. Saat aku melangkahkan kaki di teras rumah, panas api kata-kata kotor itu mulai terasa, ingin rasanya untuk berbalik arah untuk meninggalkan tempat itu, namun ada sepercik suara hati yang mendorongku untuk masuk kedalam gubuk kecil itu, suara rintihan sedih ayah dan ibu setiap menunggu malaikat kecilnya kembali kerumah.
Setiap aku masuk kedalam gubuk kecil itu aku hanya berharap, “semoga aku tak masuk ke ruangan dari pintu yang salah, semoga aku bertemu dengan butiran salju yang menentramkan, bukan bongkahan api yang panas.”
Untuk kali ini, Tuhan tak mengabulkan rintihan suara hatiku, ia lebih memilih aku masuk untuk siap menghadang bongkahan api yang panas. Garis bibir seorang malaikat mulai terlihat tak enak, bila ku mulai memperhatikan keatas, sorot mata tajam mulai menghiasi kulitnya yang mulai keriput. Melihatnya aku hanya bisa menundukkan kepala terdiam. Tak lama kemuadian, ia menyambar, “Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang, lihat itu jam berapa! pakaian menumpuk, kamar kotor, buku dimana-mana, nggak mau nyuci, nyapu, ngepel, semua kotor!”. Mendengar itu aku hanya bisa terdiam memejamkan mata, menghela napas seraya mengeluarkan antibody agar aku tak sakit hati. “Cuma diam saja, nggak bisa jawab kamu?! Masih punya mulut?’’suaranya menangkis keheninganku. Bukannya aku tak mau menjawab, aku hanya  takut berkata jikalau nanti kata-kataku hanya akan menyakiti ayah. Aku hanya ingin menjaga perasaanmu yah. Sejatinya aku bisa saja menangkis segala ocehan yang kau berikan, aku bisa nyuci sendiri, aku bisa kok ngurus segala keperluanku, namun ayah sendiri kan yang memaksa diri untuk melakukannya?
“Sudah sana masuk, bisanya Cuma bikin repot, diam saja!”ucap ayah dengan nada tinggi. Aku merasa bodoh, terkadang aku berfikir mengapa ayah selalu memarahi ku atas apa yang aku kerjakan. Aku sudah nyuci baju sendiri salah, dibilang pemborosan air, saat aku membereskan kamarku, aku dibilang egois, saat aku mencuci semua baju anggota rumah dan membereskan seluruh rumah masih saja dikomentari, disalahkan, masalah kecil selalu dibesar-besarkan, dan ia tak mau apabila ia dikritik ataupun diberi saran. “Aku tu dah tau, nggak perlu diajarin, kamu itu nggak sopan menjudge orangtua”,kata itu yang selalu terlontar saat aku sedikit menyuarakan isi hati dan fikiranku. Whatever!



Aku nggak tau harus gimana, berkali-kali suara itu menggelayuti pikiranku, selalu menggangguku. Terkadang aku tak tahan untuk menitihkan air mata ini, yah apa daya aku hanyalah manusia lemah yang selalu salah dan diberi nasihat perih oleh kedua orangtua.
Masa remaja ialah suatu masa yang terjal dan sulit, segalanya itu salah, segalanya itu hanya orang yang lebih tua yang benar, hanya mereka yang bisa berpendapat, hanya mereka yang bisa menjudge semuanya. Remaja hanya bisa terdiam mendengar dan melakukan apa yang mereka putuskan. Remaja hanyalah sebuah boneka Kayu.
Ingin rasanya tulisan ini dibaca oleh seluruh orangtua dimuka bumi yang memiliki anak remaja, terlebih keluarga yang mendidik keluarganya dengan keras dan tegas sepertiku. Bahkan terkadang aku ingin pergi dari neraka ini, karena aku merasa rumah bukan lagi tempat untuk berlindung.
harap-harap cemas, semoga kami tak kehilangan arah..

Sabtu, 21 September 2013

detik-detik akhir


Banteng Jawa Di Ujung Belati


            Indonesia kaya akan keragaman flora dan faunanya, disebabkan oleh persebaran wilayah yang dahulu merupakan bagian dari benua-benua lain. Misalnya daerah papua yang sekarang masuk kedalam NKRI dahulu merupakan bagian dari benua Australia. Sehingga terdapat banyak bioma yang ada di Indonesia, hampir seluruh bioma ada di Indonesia kecuali bioma hutan gugur dan bioma gurun. Karena hutan gugur memiliki ciri umum yaitu beriklim sedang, sedangkan Indonesia adalah Negara beriklim tropis. macam-macam bioma yang ada di Indonesia yaitu bioma hutan hujan tropis, bioma musiman, bioma hutan jarum (conifer), sabana tropica, bioma stepa, dan bioma tundra.
Sabana atau savanna, merupakan padang rumput yang diselingi oleh pepohonan baik besar maupun kecil (semak). Jenis rumputnya merupakan rumput-rumput yang tinggi. Sabana antara lain terdapat di Australia, Brasilia, Venezuela, dan Indonesia (di Aceh disebut Blang dan Nusa tenggara). Sabana biasanya merupakan daerah peralihan antara hutan dan padang rumput.
Smith dan Smith (2000) menyatakan bahwa savana, (Spanyol = cavennna), mula-mula dipakai untuk menyebutkan daerah padang penggembalaan tropik akan tetapi belakangan ini savana dipahami juga sebagai hutan dan padang belukar. Ramade (1996) dan Shrivastava (1997) menyatakan bahwa savana adalah padang rumput tropika sedangkan Humpherys (1991) menyatakan bahwa savana adalah salah satu bentuk hutan musim meranggas tropika.
Istilah savana pertama kali dipakai orang untuk menamakan suatu bentuk lanskap yang digunakan sebagai padang penggembalaan secara kontinyu, penutupan tanah yang rapat dengan atau tanpa kehadiran pohon yang jika ada akan membentuk asosiasi yang menyebar (Jones et al., 1987). Deshmukh (1992) menyebutkan bahwa savana adalah ekosistem yang pada strata rendah ditumbuhi oleh tumbuhan herbaceous terutama rumput C4 dan secara nyata rumput-rumputan ini membentuk asosiasi bersama dengan komponen pohon dan semak belukar. Menurut Deshmukh, savana secara tradisional digunakan sebagai kawasan perladangan, padang penggembalaan dan hutan.
McNaughton dan Wolf (1990) dengan menggunakan pendekatan panen biomassa mengemukakan pendapat bahwa savana adalah komunitas tumbuhan yang bersekala regional dan merupakan suatu komunitas antara. Struktur ekosistemnya tersusun atas pohon-pohon yang menyebar dengan kanopi yang
terbuka sehingga memungkinkan rumput untuk tumbuh di lantai komunitas. Jika populasi pohon mendominasi maka savana demikian disebut sebagai hutan savana. Sebaliknya jika kehadiran pohon tidak signifikan maka savana demikian adalah savana padang rumput (treeless savana). Pakar silvikultur, Daniel et al. (1995), mengkategorikan savana sebagai hutan. Penulis ini memberi penjelasan yang sangat komprehensif tentang bentuk dan proses terjadinya savana sebagai berikut. Musim kemarau yang panjang dan kering memberikan pengaruh yang nyata terhadap terbentuknya hutan musim atau hutan monsoon. Ciri hutan ini, antara lain, hampir semua jenis pohon menggugurkan daun pada musim kemarau, pohonnya tidak begitu tinggi dan banyak cahaya yang menembus ke lantai. Bila mana curah hujan benar-benar sangat musiman dengan musim kemarau sangat berangin, dan barangkali faktor-faktor lain juga berpengaruh (masalah yang sangat kontroversial), maka hutan musim akan berkembang menjadi savana karena bertambahnya kekeringan.
            Sekarang yang menjadi titik pertanyaan, mengapa savana bisa tampak sebagai padang rumput tetapi bisa pula tampak sebagai hutan..

            Guna memahami fenomena tersebut maka perlu diperkenalkan dua buah istilah dalam dunia ekologi tanaman, yaitu suksesi vegetasi dan klimaks vegetasi. Gerangan apakah ini?
Suksesi vegetasi, dan ini pasti berbeda dengan suksesi gubernur dan presiden, adalah peristiwa pergantian komunitas vegetasi dari suatu aras (stage) ke aras berikutnya yang lebih kompleks. Sebagai contoh, ketika pada tahun 1883 G. Krakatau meletus maka daratan pulau Krakatau bersih sama sekali dari tumbuhan. Dua tahun setelah letusan maka tumbuhan pertama adalah ganggang biiru dan hijau di dekat pantai pulau. Lima tahun kemudian, komunitas tumbuhan paku-pakuan mendominasi. Sepuluh tahun kemudian, komunitas rumput tumbuh dan membentuk padang rumput. Dua puluh lima tahun setelah meletus, padang rumput mulai bercampur dengan semak belukar. Pohon Ficus macaranga tumbuh berpencaran di padang rumput belukar tersebut. Lantas, 40-50 tahun kemudian asosiasi pohon mulai membantuk hutan. Akhirnya, seratus tahun kemudian, pual Krakatau telah didominasi oleh hutan hujan tropis. Nah, pergantian dari satu status komunitas ke komunitas lainnya disebut sebagai suksesi. Ketika 100 tahun kemudian, ketika hutan telah mendominasi P. Krakatau maka kondisi ini disebut sebagai klimaks vegetasi. Apa yang menentukan klimaks vegetasi. Ada beberapa hal tetapi yang terpenting adalah curah hujan. Jika curah hujan rata-rata tahunan suatu daerah tinggi (3000 - 4000 mm/tahun atau lebih besar) maka klimaks vegetasi akan
menuju hutan.
Namun demikian, klimaks bisa tertahan. Mengapa? Karena faktor alami dan antropogenik (perbuatan manusia). Klimaks harusnya hutan tetapi karena pohon-pohon sering ditebas maka yang terbentuk padang rumput. Dalam keadaan demikian maka klimaks yang terbentuk disebut sebagai klimaks tertahan (sub-klimaks). Maka, bagaimana dengan savana?Mari kita ikuti pendapat beberapa ahli berikut ini.
            Jones et al., 1987; Ewusie, 1990; Desmukh, 1992 menganggap bahwa savana adalah klimaks yang sejalan dengan degradasi hujan Sedangkan beberapa pakar lain seperti Shrivastava (1997) menganggap bahwa savana merupakan klimaks karena faktor biotik, terutama api dan penggembalaan. Dengan menggunakan teori struktur vegetasi atau disebut juga spektrum vegetasi, Bourliere dan Hadley (Lal, 1987), mengemukakan pendapat tentang savana dan proses pembentukannya secara komprehensif. Dinyatakan bahwa struktur savana selalu ditandai oleh
1) Strata rumput yang jelas dan merata yang diinterupsi pohon dan semak
 2) Kehadiran api dan hewan perumput
3) Pola pertumbuhan komponen biotik ditentukan oleh pergantian di antara musim basah dan musim kering.
Indonesia mempunyai 4 Padang Savana indah Di Indonesia. Yaitu
·         Savana Oro-oro Ombo di Gunung Semeru, Jawa Timur
Sebagai gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, gunung semeru mempunyai padang savana yang sangat indah. Warga lokal menyebutnya Oro-oro Ombo, yang memiliki arti 'padang rumput yang luas'. Tak tanggung-tanggung, luas keseluruhan padang savana ini mencapai 100 hektar! Pohon pinus tumbuh subur di kawasan savana Oro-oro Ombo, menghasilkan panorama dan pemandangan yang sangat indah layaknya dataran Eropa.
·         Savana Sembalun di Gunung Rinjani, Lombok.
Ketika Gunung Rinjani berdiri megah di hadapan mata, pengunjung bisa memilih satu di antara dua jalur pendakian. Ada jalur Senaru dan Sembalun yang jadi favorit para pendaki gunung. Namun jika memulai dari jalur Sembalun yang terletak di arah timur Rinjani, pengunjung akan disambut oleh padang savana sepanjang 6 kilometer. Savana ini terbentang mulai basecamp Sembalun hingga Pos 3 di ketinggian 2.631 mdpl.
·         Savana Cikasur di Gunung Argopuro, Jawa Timur.
         Walaupun masih kalah pamor dengan gunung-gunung tertinggi di Indonesia seperti Semeru dan Kerinci, Gunung Argopuro punya banyak keunikan lain. Gunung dengan ketinggian 3.088 mdpl ini punya trek terpanjang di Indonesia. Selain itu, Argopuro juga terkenal dengan pemandangannya yang indah, termasuk padang savana yang tersebar di beberapa tempat. Gunung Argopuro terletak di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, diapit dari kejauhan oleh Gunung Semeru dan Gunung Raung.
·         Taman Nasional Baluran, Jawa Timur
         Taman Nasional Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Letaknya persis di sebelah utara Banyuwangi. Terlepas dari gunung yang memberinya nama Baluran, taman nasional ini juga punya beragam vegetasi seperti hutan bakau, hutan rawa, hingga hutan hujan tropis. Namun, padang savana mendominasi taman nasional seluas 250 kilometer persegi ini. Sebagian wilayah Taman Nasional Baluran diisi oleh padang savana luas, dengan jenis tanah aluvial dan vilkanik.

Di taman nasional Baluran Jawa Timur, terdapat beberapa fauna mamalia yang hidup disana, salah satunya adalah banteng jawa. Saat ini bateng jawa termasuk fauna langka dan dilindungi, karena jumlah banteng jawa dari tahun ke tahun semakin menurun. untuk tetap melestarikannya Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur bekerjasama dengan Taman Safari Indonesia (TSI) Prigen, mencanangkan program pembiakan semialami Banteng Jawa (bos javanicus), dengan membuat kandang alam di dalam area konservasi taman nasional setempat seluas 8.000 meter persegi.

            Prosesi pencanangan dipimpin langsung oleh Dirjen Konservasi dan Keanekaragaman Hayati (KKH) Kementrian Kehutanan RI, Novianto Bambang dengan disaksikan oleh Kepala Taman Nasional Baluran, Emi Endah Suwarni serta Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Prigen, Tony Sumampaw.

            "Program ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kembali populasi genetis asli Banteng Jawa di Indonesia, khususnya yang ada di Taman Nasional Baluran," terang Novianto Bambang usai pencanangan program konservasi dan pembiakan semialami Banteng Jawa di Seksi Konservasi Wilayah (SKW)I Bekol, TN Baluran.

Dijelaskan, tahapan program pembiakan Banteng Jawa telah dimulai sejak 2010 dan direncanakan berakhir pada 2014, dengan nilai anggaran konservasi mencapai sekitarRp1miliar.

            Program dimungkinkan kembali dilanjutkan setelah mengevaluasi hasil pembiakan sebelumnya, dengan proyeksi peningkatan populasi Banteng Jawa sekitar tiga(3)persen.

"Saat ini ada tiga ekor Banteng Jawa, terdiri dari satu pejantan dan dua betina yang kami tangkarkan di kandang alam Taman Nasional Baluran. Target tiga persen peningkatan populasi tentu diukur secara nasional, baik hasil pebiakan semialami di Baluran maupun di taman nasional lain seperti di TN Merubetiri, Ujungkulon, Taman Safari maupun di tempat-tempat penangkaraan lainnya," terang Novianto.

            Jumlah Banteng Jawa yang hidup di alam, menurut data survei TN Baluran tahun 2012 terdeteksi sebanyak 26 ekor.

            Populasi satwa liar dilindungi yang menjadi ikon Taman Nasional Baluran ini dari tahun ke tahun ditengarai memang terus mengalami penurunan.

            Kepala Taman Nasional Baluran, Emi Endah Suwarni menyebut, pada tahun 2002 survei yang mereka lakukan hanya berhasil mengidentifikasi Banteng Jawa sebanyak15ekor.

            Populasi selanjutnya cenderung fluktuatif, diduga akibat kerusakan ekosistem savana yang menjadi habitat asli Banteng Jawa, perburuan liar, serangan binatang buas anjing liar (disebut `ajag`), konflik dengan manusia, hingga penetrasi sapi liar (diyakini sapi piaraan penduduk sekitar yang dilepasliarkan) yang jumlahnya mencapai ribuan.

            Pada tahun 2009, jumlah Banteng Jawa liar di Taman Nasional Baluran maupun Merubetiri sempat naik menjadi 40 ekor, namun hasil survei selanjutnya kembali menurun dan hanya mendeteksi sebanyak 20-an ekor pada 2011, dan berubah lagi menjadi 26 ekor pada 2012.

"Ini berdasar hasil pendataan yang dilakukan tim survei kami di beberapa spot yang kami temukan jejak Banteng Jawa, dengan memasang kamera pengintai (camera trap)," jelas Emi saat memberikan paparan di hadapan puluhan tamu undangan dari perwakilan sejumlah taman nasional, BKSDA, Perhutani, Forpimda Situbondo, serta TNIAL

            Dikatakan Emi, hitungan riil jumlah Banteng Jawa (hasil survei) mungkin saja tidak sama persis dengan eksistensinya di alam liar, karena alasan luasan wilayah dan perpindahan(migrasi).
            Tetapi dengan semakin sulitnya dalam melakukan pengidentifikasian jumlah Banteng Jawa yang ada di alam liar ini sudah cukup memberi gambaran bahwa populasi satwa ini sudah pada tahap mengkhawatirkan.

            Karena banteng jawa adalah binatang yang di lindungi, Sudah saatnya kita menjaga apa yang telah kita miliki di tanah air kita tercinta NKRI ini. Banteng jawa adalah titipan Tuhan untuk kita jaga, kita lestarikan dan kita banggakan. Secara langsung atau tidak langsung ini semua adalah kesalahan kita semua yang tak bisa menjaga amanah Tuhan kepada kita. Sebelum terlambat marilah kita mulai menyadari kesalahan dan mulai berbenah diri terhadap lingkungan kita. Lingkungan adalah kehidupan, tanpa lingkungan yang lestari kita tak bisa hidup dengan lestari pula. Semua butuh keseimbangan. Marilah kita mulai mencintai bumi ini, tanah air kita, dan selamatkan bateng jawa dari kepunahan!




Jumat, 06 September 2013

Remaja Dengan Kacamata Kudanya




 Remaja Dengan Kacamata Kudanya

Remaja zaman sekarang itu dipakaikan kacamata kuda oleh orangtuanya. Ia diprogram melihat lurus kedepan, tanpa memperhatikan dunia belakang, kanan, dan kirinya.
Yogyakarta dikenal dengan sebutan “kota pelajar”. Seluruh pelajar dari Sabang sampai Merauke dapat kita jumpai kota pelajar ini. Berbagai budaya baik maupun yang buruk masuk di kota dengan sebutan “kota pelajar“ ini. Namun sayangnya, kita sebagai masyarakat kota Yogyakarta tidak dapat menyaring dengan baik apa yang masuk kedalam budaya kita. Apakah kalian merasakan dampak yang mulai terasa di kota pelajar ini?
banyak yang berkata bahwa yogyakarta itu seperti surga, disini  kita dapat menemukan berbagai tempat wisata yang indah nan asri. Contohnya saja beberapa pantai selatan, gua pindul yang ada di Gunung Kidul, gunung api Purba yang ada di Nglanggeran, taman nasional gunung merapi yang ada di Sleman. Bahkan biaya hidup di Yogyakarta ini relative sangat murah, banyak di hidangkan nasi kucing yang hanya berkisar antara Rp.1000-Rp.2000 saja, Itu sangat murah bukan ? berbeda sekali dengan ibukota kita, nasi kucing saja bisa mencapai Rp.10.000.
Karena kenikmatan ini, banyak para masyarakat, turis domestic maupun mancanegara yang tertarik dengan kota pelajar ini. Dengan alasan seribu keindahannya. Namun, sadarkah kalian terhadap sisi Yogyakarta yang sebenarnya? Apakah Yogya berhati nyaman seperti iconnya?
Kacamata kuda saya telah sedikit terbuka karena hadirnya Mas Andri dan Mbak Ayu dari LSM SAPA. LSM SAPA itu adalah lembaga yang menangani perempuan dan anak. Pandangan saya terhadap Yogyakarta yang berhati nyaman telah hancur. Sangat jauh dengan saya mengerti saat ini. Pada kesempatan itu mereka menceritakan tentang kegiatannya di LSM SAPA tersebut. Pada tahun 2013 ini, telah ada 120 kasus yang ditangani, 8 laki-laki, 112 perempuan, dan 64 kasus diantaranya adalah kasus remaja dan anak-anak.
Mbak Ayu menceritakan kepada kami, ada seorang remaja perempuan berumur 17 tahun asal Bantul, ia sedang hamil 2 bulan, hal itu terjadi setelah ia melakukan hubungan intim 9-10 kali dalam masanya ia berpacaran. Ia melakukannnya dengan alasan terlanjur sayang. Ia selalu tidak bisa menolak permintaan pacarnya. Belum lama ini ia melakukan aborsi namun ia tak paham apabila ia telah melakukan aborsi, ia menelan sebuah pil pemberian temannya, tanpa paham itu pil apa, dan setelah ia menelan pil tersebut, kandungannya langsung luruh, lalu ia bercerita kepada LSM SAPA dan diberikan solusi.
Banyak anggapan yang beredar bahwa wanita selalu menjadi korban pemerkosaan, namun pada kenyataannya ada kasus yang ditangani oleh LSM SAPA , ada remaja perempuan 14 tahun yang melaporkan kasusnya pada pengadilan dengan alasan ia diperkosa oleh pacarnya. Ia selalu dipaksa melakukan hal tersebut. Namun setelah diobservasi oleh tim SAPA, ternyata bukan pacarnya yang memperkosa dirinya, walaupun anggapan masyarakat bahwa ia adalah korban. Ia berhasil meyakinkan orangtua, masyarakat, bahkan tim pengadilan bahwa ia adalah korban, namun ia tak bisa menipu tim SAPA walaupun rencananya ternilai sangat rapi.
Menurut saya, karena fenomena tersebut anggapan wanita itu selalu jadi korban itu harus dihilangkan, pemikiran ini ada karena adanya budaya timur yaitu budaya patriarkhi. Patriarkhi itu adalah berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral dari segala-galanya.


Budaya Patriarki adalah budaya yang dibangun di atas dasar struktur dominasi dan sub ordinasi yang mengharuskan suatu hirarki di mana laki-laki dan pandangan laki-laki menjadi suatu norma. Dan seorang wanita itu dipandang hanya ada untuk melayani kebutuhan lelakinya dan keluarganya. Bisa disebut ini sebagai diskriminasi seorang wanita, karena wanita disini tak diberi hak-haknya sebagai seorang wanita.
Kejadian seperti kenakalan remaja seperti ini biasanya disebabkan oleh kurang adanya kasih sayang dari orangtua, kurang adanya pengertian akan kondisi lingkungannya sehingga ia dapat masuk ke dalam lubang hitam tersebut. Faktor karena teman dan lingkungannya juga dapat berperan disini, karena sebagian besar waktu seorang remaja dihabiskannya diluar rumah.
Pendidikan seks itu penting diajarkan sejak dini. Namun, cara mengajarkannya yang harus diperhatikan. Penjelasannya juga harus jelas dan tepat, sehingga anak tidak menyalah artikan tentang pendidikan seks.
Diakhir diskusi kami mas Andri memberi pesan kepada kita untuk selalu menjaga diri, jangan pernah ada fikiran untuk terjerumus kedalamnya, jadilah remaja tangguh yang bersih dan peka terhadap lingkungan dan jangan lupa untuk melepas kacamata kuda kalian. Sekian dari saya semoga bermanfaat!